Jangan rindu, berat, kau tak akan kuat, biar aku saja :')
*quotes bijak para netizen belakangan ini semenjak viralnya film Dilan 1990*
Tapi aku akui, kata - kata Dilan memang benar
Rindu itu berat, bahkan menyakitkan
Terlebih lagi rindu yang tak terbalas
Iya kan? :')
*waduhh galau kelas berat nii wkwkwkwk*
"Hmm by the way kenapa sih rindu itu bisa berat?"
Jadi gini guys, apapun yang ada di dunia ini sejatinya memang terasa berat karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi (eh?) wkwkwk canda candaaa
*indira makin gede makin ngeselin ya wkwkwkwk*
Rindu, kangen, atau apapun yang merujuk pada kata itu, adalah sebuah kondisi ketika kita tidak menjalani rutinitas seperti biasa dan ingin mengulanginya kembali. Contohnya sederhana aja sih, misalnya dulu kita terbiasa bersama dengan seseorang, dan kini kita ingin dia kembali untuk mengisi hari - hari kita. Yahh kurang lebih rindu seperti itu.
Rindu hanya memiliki 2 kemungkinan,
"terbalas atau tak terbalas" dan juga "kembali atau tak kembali"
Rindu yang menyenangkan terjadi ketika kita tau bahwa kita bisa menjalani lagi hal yang serupa. Rindu akan terasa lebih indah ketika seseorang yang kita rindukan "membalasnya" dengan cara merindukan kita juga.
Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, tentu menyakitkan bukan? *hiks*
Tapi kalian tau gak sih guys, seringkali seseorang larut dalam kerinduannya, tapi gak semua orang tau cara "mengobatinya"
Dan itu terjadi padaku
"Cieee indira kangen siapa nih pagi pagi buta gini?"
Hmm, kalo ditanya, banyak hal yang aku kangenin
Seberapa banyak? ya banyak banget deh pokoknyaaa
Aku rindu masa kecilku. Aku rindu di saat yang aku tau hanyalah bermain, menonton kartun kesukaanku, makan es krim, dan belum mengenal rumitnya tugas - tugas seorang mahasiswa arsitektur. Aku juga rindu di saat - saat aku selalu bercanda dengan ayahku, namun kini tak bisa lagi. Iya, ia telah pergi, jauh, memilih tenang di keabadiannya. Well guys, inilah yang ku sebut dengan rindu yang jawabannya "tak kembali".
Bener - bener gak bisa didefinisikan dengan kata - kata, bahkan bisa dibilang tidak ada alat ukur apapun yang mampu menerjemahkan seberapa besar kerinduanku kepadanya. Memang sih belum sampai setahun, tapi aku merasa sangat kehilangan, sangat. Aku kehilangan sosok yang paling bisa membuatku tertawa, yang selalu mengingatkanku untuk makan di saat aku sibuk, yang selalu memutar lagu kesukaanku, dan yang selalu membuatkan mie sedap cabai 2 favoritku.
Aku sangat menyayanginya, aku selalu berusaha ada untuknya di sela - sela kesibukanku. Aku menunjukkan rasa sayangku melalui tindakan. Namun yang paling ku sesali, aku tidak pernah mengucapkannya. Entah mengapa aku merasa malu untuk mengatakan itu padanya. Mungkin beberapa dari kalian pernah merasakan hal yang sama. Tapi semasih orang tua kalian ada, ucapkanlah. Jangan sampai kalian sepertiku, menyesal di kemudian hari. Meskipun aku bisa mengucapkannya sekarang, tak ada gunanya jika tidak langsung didengar olehnya. Iya, inilah penyesalan terbesarku. Tapi kalian tau? Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan. Tuhan memberiku kesempatan untuk selalu ada di saat - saat terakhir ayahku.
Tapi setidaknya aku tau kerinduan ini pasti "terbalas", walaupun tidak bisa saling meluapkan.
Aku bersyukur mempunyai ayah sepertinya. Namaku adalah peninggalan terindahnya (yang belum tau cek postingan pertama ya hehe). Aku berjanji akan selalu berusaha agar kelak aku bisa menjadi seorang arsitek yang sukses, sehingga disana ayahku tidak hanya mendengar namaku sebagai nama yang indah, tapi juga nama yang bisa membanggakannya.
"Ajik, gek in sayang sama ajik. Semua yang di rumah kangen."
Wahai umat manusia dimanapun kalian berada,
jangan pernah meremehkan sebuah rasa sayang dan rindu. Memang sangat sederhana kedengarannya, namun sangat menyakitkan apabila tidak sempat mengucapkan. Katakanlah, tidak ada yang melarang. Terkadang hanya ego yang membungkam. Biarlah orang itu tau, meskipun kalian tidak tau pasti seperti apa jawaban dari kerinduan kalian.
Karena siapapun berhak untuk rindu :)